MOTIVASI
&
KEPEMIMPINAN
DISUSUN
OLEH
NAMA :
SURAHMAT
STB :
02220100479
KELAS :
MLW 5
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke
Hadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya.
Pada penyusunan makalah ini, penulis
banyak mendapat tantangan dan tambahan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai
pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapatkan bantuan yang setimpal
dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat diharapkan penulis, untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.wassalamualaikum.Wr.Wb.
Makassar, 24 april 2010
Penulis
Surahmat
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Defenisi Motivasi ............................................................................................ 1
B. Komponen Motivasi ........................................................................................ 2
C. Tujuan Pemberian Motivasi.............................................................................. 3
D. Tujuan Pembuatan Makalah............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 4
A. Motivasi Menurut Para Ahli............................................................................. 4
B. Teori Motivasi .................................................................................................. 6
BAB III KEPEMIMPINAN...................................................................................... 14
A. Pengertian Kepemimpinan............................................................................... 14
B. Teori-teori Kepemimpinan................................................................................ 14
C. Tipe Kepemimpinan.......................................................................................... 16
BAB IV PENUTUP.................................................................................................... 19
A.
Kesimpulan....................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Defenisi
Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan terhadap
diri kita agar kita melakukan sesuatu hal. Dorongan yang kita dapat itu bisa
bersumber dari mana saja, entah itu dari diri kita sendiri atau pun dari hal
atau orang lain. Dorongan yang kita sebut motivasi itu juga yang menjadi suatu
sumber tenaga dalam kita mengerjakan suatu hal agar kita mencapai suatu tujuan
yang kita inginkan. Dalam hal ini kegiatan yang kita lakukan dapat berbentuk
negatif ataupun positif meskipun motivasi kita semua awalnya “baik”.
Motivasi ada banyak jenisnya antara lain
motivasi belajar, motivasi berprestasi, motivasi agresi, motivasi berafiliasi,
dll. Dalam hal ini motivasi berprestasi yang akan menjadi topik utamanya. Hal
itu dikarenakan motivasi inilah yang sangat umum di masyarakat.
Motivasi berprestasi merupakan konsep
yang dikembangkan pertama kali oleh Alexander Murray dengan istilah need for
achievement (Petri, 1981). Selanjutnya McClelland dan Atkinson melanjutkannya
dengan penelitian tentang hal tersebut dalam bentuk konsep teoritik tentang
motivasi berprestasi (Buck, 1988).
Motivasi berprestasi menurut McClelland
dan Atkinson (Buck, 1988) adalah upaya untuk mencapai sukses dengan
berkompetisi dengan suatu ukuran keunggulan. Standar keunggulan yang dimaksud
adalah berupa prestasi orang lain atau prestasi sendiri yang pernah diraih
sebelumnya. Heckhausen (1967) memberi pengertian motivasi berprestasi sebagai
usaha keras idiividu untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan diri
setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan
sebagai pembanding. Standar keunggulan dapat berupa tingkat kesempurnaan hasil
pelaksanaan tugas (berkaitan dengan tugas), perbandingan dengan prestasi
sendiri (berkaitan dengan diri sendiri) dan perbandingan dengan orang lain
(berkaitan dengan orang lain).
Martaniah (1979) memberi pengertian
tentang motivasi berprestasi sebagai motif yang mendorong indivivu untuk
berpacu dengan ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan ini dapat menggunakan
dirinya sendiri, orang lain dan dapat pula kesempurnaan tugas.
Pengertian-pengertian tersebut
memberikan pemahaman bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dari
dalam diri individu untuk mencapai suatu nilai kesuksesan. Di mana nilai
kesuksesan tersebut mengacu pada perbedaannya dengan suatu keberhasilan atas
penyelesaian masalah yang pernah diraih oleh individu maupun berupa
keberhasilan individu lain yang dianggap mengandung suatu nilai kehormatan.
B. Komponen
Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi terdiri atas
dorongan-dorongan dari dalam ind ividu untuk dapat mencapai tujuan dan bertahan
ketika menghadapi rintangan. Weiner (1972) mengemukakan bahwa motivasi
berprestasi terdiri atas empat komponen.
Pertama; Menyukai aktivitas yang
prestatif dan mengaitkan keberhasilan dengan kemampuan dan usaha keras.
Individu akan meras puas dan bangga atas keberhasilannya sehingga akan berusaha
keras untuk meiningkatkan segala kemungkinan untk berprestasi. Ketika
mengerjakan tugas ia lebih didorong oleh harapan untuk sukses daripada untuk
menghindari gagal (Heckhausen, 1967).
Kedua : Beranggapan bahwa kegagalan
disebabkan oleh kurangnya usaha. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi
akan merasa marah pada diri sendiri dan merasa menyesal apabila prestasi yang
dicapai tidak sebaik apa yang diharapkan, karena ia seharusnya dapat mencapai
prestasi yang tinggi kalau ia berusaha lebih keras lagi (Madina, 1998).
Ketiga
: Selalu menampilkan perasaan suka bekerja keras dibanding individu lain
yang mempunyai motivasi berprestasi rendah. Hal ini menjadikan ketangguhan
individu dalam menjalankan tugas. Ia akan memelihara kualitas kerja yang tinggi
untuk menyelesaikan tugas dengn sukses, untuk dapat mencapai prestasi terbaik
yang dapat diraihnya dan mengungguli orang lain (Heckhausen, 1967).
Keempat: Mempunyai satu pertimbangan
dalam memilih tugas dengan tingkat kesulitan sedang, yaitu tugas yang tidak
terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sukar. Hal ini dikarenakan orientasi
motivasi berprestasi adalah adanya kesuksesan sebagai nilai prestasi, sehingga
tugas yang terlalu mudah tidak bernilai tantangan dan tugas yang terlalu sulit
akan sedikit memberikan kemungkinan untuk berhasil.
C. Tujuan Pemberian Motivasi
1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan
2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
4. Mempertahankan
loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan
5. Meningkatkan
kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi
karyawan
6. Mengefektifkan
pengadaan karyawan
7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang
baik.
8. Meningkatkan
kreativitas dan partisipasi karyawan
9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
10. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan
terhadap tugas-tugasnya
11. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat
dan bahan baku.
D. Tujuan
Pembuatan Makalah
Di
dalam penulisan makalah ini ada beberapa tujuan yang saya ingin capai
diantaranya adalah:
Ø Memahami
lebih dalam tentang motivasi manusia khususnya motivasi berprestasi
Ø Membagi
ilmu yang kita dapat tentang motivasi kepada umum
Ø Mengetahui
tentang teori motivasi, teori kepuasan
dan teori kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Motivasi
Menurut Para Ahli
Motivasi adalah sebuah alasan atau
dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut
tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun
dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam
diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari
luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara
meotivasi dari dalam ialah motivasinya muncul dari inisiatif diri kita.
Pada dasarnya motivasi itu hanya dua,
yaitu untuk meraih kenikmatan atau menghindari dari rasa sakit atau kesulitan.
Uang bisa menjadi motivasi kenikmatan maupun motivasi menghindari rasa sakit.
Jika kita memikirkan uang supaya kita tidak hidup sengsara, maka disini alasan
seseorang mencari uang untuk menghindari rasa sakit. Sebaliknya ada orang yang
mengejar uang karena ingin menikmati hidup, maka uang sebagai alasan seseorang
untuk meraih kenikmatan.
·
Menurut Walgito (2002):
Motif berasal
dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau tomove yang berarti
kekuatan dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force).
Motif sebagai pendorong tidak berdiri sendiri tetapi saling terkait dengan
faktor lain yang disebut dengan motivasi.Menurut Caplin (1993) motif adalah
suatau keadaan ketegangan didalam individu yang membangkitkan, Memelihara dan
mengarahkan tingkah laku menuju pada tujuan atau sasaran.
Motif juga dapat diartikan sebagai
tujuan jiwa yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi disekitarnya
(Woodworth dan Marques dalam Mustaqim, 1991).Sedangkan menurut Koontz dalam Moekjizat
(1984) motif adalah suatu keadaan dari dalam yang memberi kekuatan, yang
menggiatkan atau menggerakkan, dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku
kearah tujuan-tujuan tertentu.
·
Menurut Gunarsa (2003):
Terdapat dua
motif dasar yang menggerakkan perilaku seseorang, yaitu motif biologis yang
berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup dan motif sosial yang
berhubungan dengan kebutuhan sosial. Sementara Maslow A.H. menggolongkan
tingkat motif menjadi enam, yaitu: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan seks, kebutuhan akan harga diri dan
kebutuhan aktualisasi diri (dalam Mahmud, 1990).
Terlepas dari beberapa
definisi tentang motif diatas, tentu kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa
motif adalah suatu dorongan dari dalam diri individu yang mengarahkan pada
suatu aktivitas tertentu dengan tujuan tertentu pula.
Sementara itu motivasi didefinisikan
oleh MC. DOnald (dalam Hamalik, 1992) sebagai suatu perubahan energi didalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Menurutnya terdapat tiga unsur yang berkaitan dengan motivasi
yaitu:
1. Motif
dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, misalnya adanya perubahan dalam sistem pencernaan akan
menimbulkan motif lapar.
2. Motif
ditandai dengan timbulnya perasaan (afectif arousal), misalnya karena amin
tertarik dengan tema diskusi yang sedang diikuti, maka dia akan bertanya.
3. Motif
ditandai oleh reaksi-rekasi untuk mencapai tujuan.
·
Menurut Terry (dalam Moekjizat, 1984):
Motivasi adalah
keinginan didalam diri individu yang mendorong individu untuk bertsindak.latihan
atau kegiatan lainnya yang menimbulkan suatu perubahan secara kognitif,afektif
dan psikomotorik pada individu yang bersangkutan.
·
Menurut Chung dan Meggison adalah:
Motivasi
merupakan prilaku yang ditujukan kepada sasaran, motivasi berkaitan dengan
tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan.
Motivasi berkaitan erat dengan kepuasan pekerja dan fermormasi pekerjaan)
·
Menurut Heidjrachman dan Suad Husnan
adalah:
Motivasi
merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorangagar mau melakukan sesuatu
yang diinginkan.Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
dasarnya defenisi diatas mempunyai pengertian yang sama, yaitu semuanya
mengandung unsur dorongan dan keinginan.
B. Teori-Teori
Motivasi
1. Teori motivasi kebutuhan : Abrahan
H. Maslow
Teori ini lebih dikenal dengan teori
hierarchi kebutuhan. Perilaku individu menurut teori ini akan ditentukan oleh
kebutuhan yang paling kuat.
Menurut abraham maslow manusia mempunyai lima
kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari
yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang
sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh
kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi.
Kebutuhan maslow harus memenuhi
kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu
penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan
dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya.
Lima (5) kebutuhan dasar maslow -
disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu
krusial :
1. Kebutuhan fisiologis
Contohnya adalah : sandang / pakaian, pangan / makanan,
papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil,
bernafas, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan
Contohnya adalah : bebas dari penjajahan, bebas dari
ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
3. Kebutuhan sosial
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga,
kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan penghargaan
Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi
lainnya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati
sesuai dengan bakat dan minatnya.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia
digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini,
perlu ditekankan bahwa :
“Kebutuhan yang satu
saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan
datang”.
Pemuasaan
berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari
pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
Berbagai
kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu
kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan
kebutuhan itu.
2. Teori
Kebutuhan Berprestasi : McClelland
McClelland dikenal tentang teori
kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang
menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan
seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan
akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau
pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek
fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan
seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala,
mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu
menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui
penerapan bakat secara berhasil.”
Menurut
McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers)
memiliki tiga ciri umum yaitu :
a. Sebuah
preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat
b. Menyukai
situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka
sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya,
c. Menginginkan
umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan
mereka yang berprestasi rendah.
Manusia pada hakekatnya mempunyai
kemampuan untuk berprestasi di atas kemampuan orang lain. Seseorang dianggap
mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk
melakukan sesuatu karya yang berprestasi lebih baik dari pada prestasi orang
lain.
Menurut teori ini kebutuhan manusia ada tiga, yaitu :.
Menurut teori ini kebutuhan manusia ada tiga, yaitu :.
- Kebutuhan akan kekuasaan
- Kebutuhan akan berafiliasi
- Kebutuhan akan berprestasi
Apabila kebutuhannya telah mendesak, maka kebutuhan itu akan
termotivasi untuk memenuhinya.
Jika kebutuhan akan kekuasaan makin tinggi, maka orang akan
berusaha untuk bersikap senang memberi perhatian untuk mempengaruhi dan
mengendalikan orang lain, mencari posisi pimpinan, berusaha tampil berbicara
dimuka umum, dsb.
Jika kebutuhan akan afiliasi mendesak, maka orang akan
bersikap dan bertindak untuk membentuk orang lain yang membutuhkan, berusaha
membina hubungan yang menyenangkan dan saling pengertian.
Jika kebutuhan akan berprestasi makin tinggi, maka orang
akan berusaha menetapkan suatu tujuan yang penuh tantangan namun masih mungkin
dicapai, melakukan pendekatan yang realistis terhadap resiko, bertanggung jawab
atas penyelesaiannya.
Menurut mcclelland, perbedaan dalam kebutuhan untuk
berprestasi sudah tampak sejak anak lima tahun. Hal ini sangat erat hubungan
dengan kehidupan keluarga, terutama dalam pengaruh itu ketika si anak menginjak
usia delapan sampai sepuluh tahun. Para ibu dari anak yang berusia delapa
tahun, dengan kebutuhan prestasi yang tinggi, dapat mengharapkan anak-anaknya
memiliki perilaku berdasarkan kepercayaan pada dirinya sendiri, misalnya dalam
hal mencoba dengan sekuat tenaga untuk mencapai keinginannya, berusaha keras
dalam persaingan, atau mempunyai keberanian untuk keliling kota. Anak-anak itu
sudah dapat membuat keputusan-keputusan penting.
Dalam batas tertentu, dorongan atau kebutuhan berprestasi
adalah sesuatu yang ada dan dibawa dari lahir. Namun, dipihak lain, kebutuhan
untuk berprestasi ternyata, dalam banyak hal, adalah sesuatu yang ditumbuhkan,
dikembangkan, hasil dari mempelajari melalui interaksi dengan lingkungan. Adapun
lingkungan pergaulan, dan masyarakat pada umumnya.
Kebutuhan untuk berprestasi, menurut mcclelland, adalah
suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik,
lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan
sebelumnya. Ini disebabkan oleh virus mental. Hal itu dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Dalam kehidupan psikis manusia, ada daya yang mampu
mendorongnya ke arah suatu kegiatan yang hebat sehingga, dengan daya tersebut,
ia dapat mencapai kemajuan yang teramat cepat. Daya pedorong tersebut dinamakan
virus mental, karena apabila berjangkit di dalam jiwa manusia, daya tersebut
akan berkembang biak dengan cepat, dengan kata lain, daya tersebut akan meluas
dan menimbulkkan dampak dalam kehidupan.
3. Teori
Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal
dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf
pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R
= Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth
(kebutuhan akan pertumbuhan).
Jika makna tiga istilah
tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual
terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan
Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama
dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan
ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama
dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan
bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara
serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
·
Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan
tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
·
Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan
yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah
dipuaskan;
·
Sebaliknya, semakin sulit memuaskan
kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk
memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya
pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena
menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi
obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada
hal-hal yang mungkin dicapainya.
4. Teori
Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang
diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg.
Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi,
yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang
dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang
sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang
dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang
sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan
perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang
tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang,
keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan
pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan
mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang
individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya,
teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi,
sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan
dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat
faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang
bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.
5. Teori
Keadilan
Inti teori ini terletak
pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara
usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima.
Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya
tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu : Seorang akan berusaha
memperoleh imbalan yang lebih besar, atau Mengurangi intensitas usaha yang
dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan
persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai
pembanding, yaitu :
1. Harapannya
tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi
pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya
2. Imbalan
yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat
pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri
3. Imbalan
yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta
melakukan kegiatan sejenis
4. Peraturan
perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang
merupakan hak para pegawai.
Pemeliharaan hubungan dengan
pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian
kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul,
apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan
timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat
kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas,
seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan
masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.
6. Teori
penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke
mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme
motivasional yakni :
1) Tujuan-tujuan
mengarahkan perhatian
2) Tujuan-tujuan
mengatur upaya
3) Tujuan-tujuan
meningkatkan persistensi
4) Tujuan-tujuan
menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
7. Teori
Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam
bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang
disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan
akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan
bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya,
apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka
untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara
yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan
sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan
akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya,
jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk
berupaya akan menjadi rendah.
Di kalangan ilmuwan dan para
praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik
tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para
pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara
yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap
penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui
secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.
8. Teori
Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau
model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model
kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan
persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya
pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
sebenarnya dalam
kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang
ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan
tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut
berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini
berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa
manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang
menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang
mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat
sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik
dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian
tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut
menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja
lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan
keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga
kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi
positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang
pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya,
mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan
kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai
tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada
waktunya di tempat tugas.
Penting
untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi
perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu
diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi
pula.
9. Teori
Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Bertitik tolak dari
pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari
dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai
kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan
di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori
yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .
Menurut model ini,
motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
a) Persepsi
seseorang mengenai diri sendiri
b) Harga
diri
c) Harapan
pribadi
d) Kebutuhaan
e) Keinginan
f) Kepuasan
kerja
g) Prestasi
kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor
eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :
a) Jenis
dan sifat pekerjaan
b) Kelompok
kerja dimana seseorang bergabung
c) Organisasi
tempat bekerja
d) Situasi
lingkungan pada umumnya
e) Sistem
imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
BAB III
TEORI KEPEMIMPINAN
A.
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang di
organisasikan ke arah pencapaian tujuan. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan
adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan
pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang
ahli diharapkan sebagai bagian dari perannya memberikan pengajaran atau
instruksi.
Kebanyakan
orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimpin yang efektif mempunyai sifat
atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke
depan, daya persuasi, dan intensitas.
B.
TEORI-TEORI
KEPEMIMPINAN
a.
Teori Sifat Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah suatu fungsi kualitas seorang individu, bukan fungsi situasi, teknologi
atau dukungan masyarakat. Keith Davis mengintisarikan ada empat ciri utama yang
mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :
Ø Kecerdasan
(Intellegence)
Ø Kedewasaan
sosial dan hubungan sosial yang luas (Social Maturity and Breath)
Ø Motivasi
dari dan dorongan berprestasi
Ø Sikap-sikap
hubungan manusia
b.
Teori Kelompok
Teori
Kelompok dalam kepemimpinan (group theory of leadership) dikembangkan atas
dasar ilmu psikologi sosial. Teori ini menyatakan bahwa untuk pencapaian
tujuan-tujuan kelompok harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dan
bawahannya.
c. Teori
Situasional / Contingency
Pendekatan
sifat maupun kelompok terbukti tidak memadai untuk mengungkap teori
kepemimpinan yang menyeluruh, perhatian dialihkan pada aspek-aspek situasional
kepemimpinan. Fred Fiedleer telah mengajukan sebuah model dasar situasional
bagi efektivitas kepemimpinan yang dikenal sebagai contingency model of
leadership effectiveness yang menjelaskan hubungan antara gaya kepemimpinan dan
situasi yang menguntungkan atau menyenangkan, situasi-situasi tersebut
digambarkan dalam tiga dimensi empiric yaitu :
Ø Hubungan
pimpinan anggota
Ø Tingkat
dalam struktur tugas
Ø Posisi
kekuasaan
d. Teori
Path-Goal
Teori
ini menganalisa pengaruh (dampak) kepemimpinan terutama perilaku pemimpin
terhadap motivasi bawahan, kepuasan dan pelaksanaan kerja.
Teori
ini memasukkan empat tipe atau gaya pokok perilaku pemimpin, yaitu :
Ø Kepemimpinan
direktif (directive leadership)
Ø Kepemimpinan
suportif (supportive leadership)
Ø Kepemimpinan
partisipatif (participative leadership)
Ø Kepemimpinan
orientasi prestasi (achievement-oriented leadership)
e. Teori
Genetis / Keturunan
Teori
ini menyatakan bahwa seorang pemimpin lahir bukan karena dibuat, tetapi dia lahir
menjadi pemimpin oleh bakat-bakat yang luar biasa sejak dilahirkan. Dalam
dirinya mengalir bakat-bakat dari orangtuanya maupun nenek moyangnya. Pemimpin
yang lahir dari factor genetis, biasanya memiliki kemampuan yang luar biasa
yang nampak sejak kecil.
f. Teori
Sosial
Lain
halnya dengan teori genetis, teori sosial bertolak belakang dengan teori
genetis. Teori sosial lebih menekan bahwa seorang pemimpin dapat disiapkan,
dididik, dibentuk, dan tidak dilahirkan begitu saja. Setiap orang bisa menjadi pemimpin
melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri.
Salah satu wadah persiapan bagi pemimpin adalah lembaga yang bernama sekolah,
madrasah, pesantren maupun pelatihan-pelatihan khusus untuk mencetak seorang
pemimpin.
g. Teori
Ekologis
Teori
ini merupakan teori yang mencoba mensistensikan kedua teori di atas, yaitu
genetis dan sosial. Teori ekologis lebih fleksibel. Teori ini menyatakan bahwa
seorang pemimpin sukses menjadi pemimpin bila sejak lahir dia telah memiliki
bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui
pengalaman dan usaha pendidikan, juga sesuai dengan tuntutan ekologis
lingkungannya.
C.
TIPE KEPEMIMPINAN
1.
Tipe Otokratis
Pada
tipe ini menjelaskan bahwa pemimpin memiliki kekuasaan dalam bertindak. Tipe
ini mencirikan sebagai pemimpin yang memiliki karakteristik negatif karena
menunjukkan pemimpin yang otoriter.
Ciri-ciri
tipe otokratis adalah :
Ø Mengandalkan
kepada kekuatan / kekuasaan
Ø Menganggap
dirinya paling berkuasa
Ø Keras
dalam mempertahankan prinsip
Ø Jauh
dari para bawahan
Ø Perintah
diberikan secara terpaksa
Gaya
kepemimpinan otokratis adalah :
o
Bernada keras dalam pemberian perintah
atau instruksi
o
Dalam menegakkan disiplin menunjukkan
keakuannya
o
Menggunakan pendekatan punitif dalam hal
terjadinya penyimpangan oleh bawahan
Dari
tipe otokratik tersebut sudah jelas bahwa kekuasaan di pegang penuh oleh
pimpinan, bersikap negatif menjadikan manusia takut dalam berpendapat.
2.
Tipe Laissez Faire
Kepemimpinan
laissez faire (gaya kepemimpinan yang bebas) adalah gaya kepemimpinan yang
lenih banyak menekankan pada keputusan kelompok. Dalam gaya ini, seorang
pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok, apa yang baik
tergantung kepada kemauan kelompok. Pada umumnya tipe laissez faire ini
dijalankan oleh pemimpin yang tidak mempunyai keahlian teknis.
Ciri-cirinya
adalah :
Ø Memberi
kebebasan kepada para bawahan
Ø Pimpinan
tidak terlibat dalam kegiatan
Ø Semua
pekerjaan dan tanggung jawab dilimpahkan kepada bawahan
Ø Tidak
mempunyai wibawa
Ø Tidak
ada koordinasi dan pengawasan yang baik
Dari
tipe laissez faire ini bukan tipe
pemimpin yang sebenarnya, karena tidak bisa menggerakkan bawahan, sehingga
tujuan organisasi tidak akan tercapai.
3. Tipe
Paternalistik
Pada
tipe ini memiliki ciri tertentu yang bersifat fathernal atau kebapakan.
Kepemimpinan seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapakan dalam
menggerakan bawahan dalam mencapai tujuan. Namun kadang-kadang pendekatan yang
dilakukan ini terlalu sentimental.
Ciri-ciri
tipe paternalistik :
Ø Pemimpi
bertindak sebagai bapak
Ø Memperlakukan
bawahan sebagai orang yang belum dewasa
Ø Selalu
memberikan perlindungan
Ø Keputusan
ada di tangan pemimpin
Dalam
keadaan tertentu memang tipe kepemimpinan seperti ini sangat diperlukan. Akan
tetapi ditinjau dari segi sifat negatifnya tipe paternalistik ini justru kurang
menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.
4.
Tipe Militeristik
Tipe
kepemimpinan ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otokratis. Tipe ini
berbeda dengan seorang pemimpin modern.
Ciri-ciri
tipe militeristik :
Ø Dalam
komunikasi menggunakan saluran formal
Ø Displin
yang tinggi, kadang bersifat kaku
Ø Komunikasi
hanya berlangsung searah
Ø Menggunakan
system komando / perintah
Ø Segala
sesuatu bersifat formal
Ø Tidak
menghendaki saran, usul, dan kritikan-kritikan dari bawahan
5.
Tipe Demokratis
Dari
berbagai macam tipe kepemimpinan, tipe demokratis merupakan tipe yang dianggap
berkepemimpinan baik. Hal ini disebabkan karena tipe demokratis ini menunjukkan
bahwa kepentingan kelompok lebih di dahulukan dibandingkan dengan kepentingan
individu.
Ciri-ciri
tipe demokratis :
Ø Bawahan
diberi kesempatan untuk memberi saran dan ide-ide baru
Ø Berpartisipasi
aktif dalam kegiatan organisasi
Ø Bersifat
terbuka
Ø Berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
Ø Dalam
pengambilan keputusan utamakan musyawarah untuk mufakat
Ø Lebih
menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan
Ø Menghargai
potensi individu
Ø Mentolerir
bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar
Jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif
dan prakarsa dari bawahan
Ø Selalu
berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya
Dari
ciri-ciri tersebut dapat kita ketahui bahwa menjadi seorang pemimpin yang
demokratis itu tidaklah mudah. Namun jika tujuan ingin tercapai maka kita harus
bisa menjadi seorang pemimpin yang demokratis.
6.
Tipe Open Leadership
Tipe
ini hampir sama dengan tipe demokratis. Perbedaannya terletak dalam hal
pengambilan keputusan. Pada tipe open leadership ini menunjukkan bahwa
keputusan berada ditangan pemimpin.
Ciri-ciri
tipe open leadership :
Ø Bawahan
menerima pengaruh dari pemimpin karena mereka menghormati, menyukai, atau menghargai
pemimpinnya, bukan hanya karena para pemimpinnya, bukan karena parapemimpin
tersebut memegang jabatan dari kekuasaan secara formal.
Ø Melibatkan
penggunaan pengaruh untuk satu maksud tertentu, yaitu untuk mencapai tujuan kelompok
atau tujuan organisasi
Ø Satu
proses dua arah.
BAB
IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan merupakan ikhtiar dari
apa yang telah diuraikan sebelumnya berdasarkan hasil dan pembahasan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Motivasi adalah suatu dorongan terhadap
diri kita agar kita melakukan sesuatu hal. Dorongan yang kita dapat itu bisa
bersumber dari mana saja, entah itu dari diri kita sendiri atau pun dari hal
atau orang lain.
2.
Untuk memahami tentang motivasi, kita
akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi yang sudah di jelaskan pada
halaman sebelumnya,teori-teori tersebut antara lain : (1) teori Abraham H.
Maslow (Teori Kebutuhan); (2) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi);
(3) teori Clyton Alderfer (Teori ERG); (4) teori Herzberg (Teori Dua Faktor);
(5) teori Keadilan; (6) Teori penetapan tujuan; (7) Teori Victor H. Vroom
(teori Harapan); (8) teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan (9) teori
Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
3.
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang di organisasikan ke arah pencapaian
tujuan.
4.
Tipe kepemimpinan ada 6 diantaranya :
(1) Tipe otokratis, (2) Tipe Laissez Faire, (3) Tipe paternalistik, (4) Tipe
militaristik, (5 ) Tipe demokratis, dan (6) Open leadership.
5.
Sedangkan dalam teori kepemimpinan ada 7
teori, yaitu : teori sifat kepemimpinan, teori kelompok, teori situasional,
teori genetis (keturunan), teori social dan ekologis.
6. Kebanyakan
orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimpin yang efektif mempunyai sifat
atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke
depan, daya persuasi, dan intensitas.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.squidoo.com/definisi-motivasi
http://www.scribd.com
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991 perkembangan pemikiran ekonomi. Jakarta : yayasan obor
Indonesia
http://www.imammedan.co.cc/2010/07/pengertian-kepemimpinan-dan-tipekepemimpinan.html
http://tentangmotivasi.blogspot.com/2010/04/pengertian-prestasi.html
http:// www.google.com
pass,
christoper dan bryan
lowes. Kamus lengkap bisnis, Jakarta : penerbit erlangga, 1997.
Titanium Weddingbands | TITIAN ARTICLES
BalasHapusShop titanium watch band TITIAN ARTICLES at titanium easy flux 125 amp welder a discounted price. titanium build Visit the TITIAN ARTICLES website to find out ford focus titanium the best deals and promo codes for TITIAN ARTICLES titanium fitness
dildo,sex chair,dog dildo,dildo
BalasHapus